BAB
III
ANTROPOLOGI
KEPRIBADIAN
A.
Pengertian
Kepribadian
Dalam
bahasa populer, istilah “kepribadian” mempunyai arti, seorang tertentu mempunyai beberapa ciri watak
yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah
lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang
berbeda dari individu-individu lainnya.
Kepribadian (personality) bukan
sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses
sosialisasi. Menurut ilmu Antropologi kepribadian ditentukan oleh akal dan
jiwa manusia itu sendiri.
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan
mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang
pola tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah laku manusia
sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo
Sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua individu yang tergolong
satu ras pun, tidak ada satu system pola tingkah laku yang
seragam. Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens tidak
hanya ditentukan oleh system organik biologinya saja, melainkan juga akal dan
pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo
Sapiens sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia.
B. Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Suatu unsur-unsur yang mengisi akal
dan alam jiwa seorang manusia yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat
berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam
berbagai sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di dalam otak tersebutlah
semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu kealam
sekitar. Dan dalam psikologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia
yang sadar (conscious)”.
Ada kalanya suatu
persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran berfokus tentang
lingkungan yang mengandung bagian-bagian yang menyebabkan individu itu
tertarik, akan lebih intensif memusatkan akalnya terhadap bagian-bagian yang
khusus tadi. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi
karena pemusatan secara lebih intensif, dalam pandangan psikologi biasanya
disebut dengan“Pengamatan”.
Penggambaran tentang
lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik perhatian
seorang individu, seringkali diolah oleh sutu proses dalam akalnya yang
menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang
sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul
kembali sebagai kenangan. Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru
dalam istilah psikologi disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan
membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan
bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten
berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah
satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru. Dengan
demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat
tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan
tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial
disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang
menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada yang
ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau
diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan
penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama
sekali, yang sebenarnya tidak nyata. Dan penggambaran baru yang seringkali
tidak realistis dalam Psikologi disebut dengan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran,
apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur “pengetahuan”
yang secara sadar dimiliki seorang Individu. Sebaliknya, banyak pengetahuan
atau bagian-bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang
individu selama hidupnya itu, seringkali hilang dari akalnya yang sadar, atau
dalam “kesadarannya”, karena berbagai macam sebab. Namun, unsur-unsur
pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, tetapi hanya
terdesak masuk ke dalam bagian dari jiwa manusia, yang dalam ilmu psikologi
disebut alam “Bawah Sadar”
(subconscious).
Pengetahuan seorang
individu karena berbagai alasan dapat juga terdesak atau dengan sengaja didesak
oleh individu itu, ke dalam bagian dari jiwa manusia yang lebih dalam lagi,
yaitu bagian yang dalam ilmu psikologi disebut alam “Tidak Sadar” (unconscious).
Di sanalah pengetahuan individu larut dan terpecah-pecah ke dalam bagian-bagian
yang saling berbaur dan tercampur. Bagian-bagian dari pembauran dan pencampuran
pengetahuan seperti itu tadi kadang-kadang dapat muncul kembali, yaitu pada
saat-saat akal yang mengatur alam kesadaran individu berada dalam keadaan “relax” atau tidak
berfungsi.
2. Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran
manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga
digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar
suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam
kesadaranya perasaan negatif. Ternyata selain segala macam pengetahuan,
“Perasaan” juga mengisi penuh alam kesadaran manusia setiap saat dalam
hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena
pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negatif.
Suatu perasaan yang
selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian tadi, biasanya
menimbulkan suatu “kehendak” dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu
bisa juga positif (individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya
sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan) atau bisa juga negatif
(individu tersebut hendak menghindari hal yang dirasakannya membawa perasaan
tidak nikmat). Suatu kehendak dapat menjadi lebih besar dan sangat keras,
perasaan ini disebut “emosi”.
3. Dorongan
Naluri
Kesadaran manusia mengandung
berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh
pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung dalam organnya, dan
khususnya dalam gennya sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah merupakan naluri
disebut “Dorongan”(drive).
Meskipun terdapat
perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam
naluri manusia, namun para ahli psikologi sependapat bahwa ada sedikitnya tujuh
macam dorongan naluri, yaitu :
a)
Dorongan untuk mempertahankan hidup.
Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan
biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup.
b)
Dorongan seks.
Dorongan ini telah banyak menarik perhatian
para ahli psikologi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori.
Dorongan biologis yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi
kelanjutan keberadaanya di dunia ini muncul pada setiap individu yang normal
yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun.
c)
Dorongan untuk berupaya mencari
makan.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan
sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari susu
ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari.
d)
Dorongan untuk bergaul atau
berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini memang merupakan landasan
biologis dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial.
e)
Dorongan untuk meniru tingkah laku
sesamanya.
Dorongan ini merupakan asal-mula dari
adanya beragam kebudayaan manusia. Dengan adanya dorongan ini menyebabkan
manusia mengembangkan adat yang memaksa perbuatan yang seragam (conform) dengan
manusia-manusia di sekelilingnya.
f)
Dorongan untuk berbakti.
Dorongan ini mungkin ada karena manusia
adalah makhluk sosial (kolektif). Agar manusia dapat hidup secara bersama
manusia lain diperlukan suatu landasan biologis untuk mengembangkan Altruisme,
Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk
kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga
timbul religi.
g)
Dorongan untuk keindahan.
Dorongan ini seringkali sudah tampak
dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warni, dan
suara-suara, irama, dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian.
C. Materi
dari Unsur-unsur Kepribadian
Kepribadian seseorang terbentuk
oleh pengetahuan. Selain pengetahuan, kepribadian seseorang juga terbentuk oleh
berbagai perasaan, emosi, dan keinginan tentang bermacam hal yang ada dalam
lingkungannya.
Seorang ahli
etnopsikologi bernama A.F.C Wallace, membuat suatu kerangka tentang seluruh
materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia secara
sistematis, yaitu:
1. Beragam
kebutuhan biologis diri sendiri, beragam kebutuhan dan dorongan psikologis diri
sendiri, dan beragam kebutuhan dan dorongan baik biologis maupun psikologis
sesama manusia selain diri sendiri. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan tadi dapat
dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh individu yang bersangkutan sehingga memuaskan
dan bernilai positif baginya, atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
2. Beragam
hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri,
(“identitas aku”), baik aspek fisik maupun psikologis, dan segala hal yang
bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala alam (baik
yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya).
3. Berbagai
macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau
mempergunakan beragam kebutuhan dari hal tersebut tadi, sehingga tercapai
keadaan memuaskan dalam kesadaran individu bersangkutan. Pelaksanaan berbagai
macam cara dan jalan tersebut terwujud dalam aktivitas hidup sehari-hari dari
seorang individu.
C. Macam-macam Kepribadian
1. Macam-macam
Kepribadian Individu
Berbagai isi dan sasaran dari
pengetahuan, perasaan, kehendak, dan keinginan kepribadian, serta perbedaan
kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu,
menyebabkan keragaman struktur kepribadian pada setiap manusia. Oleh karena
itu, kepribadian tiap individu sangat unik dan berbeda.
Ilmu antropologi
mempelajari pengetahuan, gagasan, dan konsep yang dianut oleh sebagian besar
warga masyarakat (adat-istiadat). Dan juga mempelajari tingkah laku
umum atau watak umum (modal personality), yaitu tingkah laku
yang menjadi pola bagi sebagian besar warga suatu masyarakat yang diatur oleh
adat istiadat tadi. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola
tindakan yang saling berkaitan itu disebut sistem sosial (social
system).
2. Kepribadian Umum
R. Linton dan A. Kardiner melakukan penelitian mengenai kepribadian umum
yang menghasilkan buku berjudul The Individual and His-Society (1938).
Dalam proyek bersama itu, dipertajam konsep kepribadian umum sehingga timbul
konsep “kepribadian dasar” atau basic personality structure,
berarti : semua unsur kepribadian yang dimiliki bersama oleh suatu bagian besar
dari warga masyarakat itu. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu
warga dari suatu masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama
selama masa tumbuhnya.
3. Kepribadian Barat
dan Kepribadian Timur
Pandangan
hidup manusia yang hidup dalam kebudayaan-kebudayaan Eropa
Barat disebut Kepribadian Barat. Ketika para pengarang Eropa
berkenalan dengan kebudayaan-kebudayaan lain di Asia seperti kebudayaan Parsi,
kebudayaan Thai, kebudayaan Jepang, atau kebudayaan Indonesia (semua
kebudayaan bukan Eropa Barat), maka pandangan hidup dan kepribadian
manusia yang hidup di dalam kebudayaan-kebudayaan tersebut dinamakan kepribadian
Timur.
Kepribadian Timur mempunyai pandangan hidup yang
mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran prelogis, keramah-tamahan,
dan kehidupan sosial. Sebaliknya kepribadian Barat mempunyai pandangan hidup
yang mementingkan kehidupan material, pikiran logis, hubungan berdasarkan asas
guna, dan individualisme. Namun sebenarnya, kontras antara kedua konsep
tersebut bersifat relatif.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar